Aku senang deh bisa berkenalan dengan orang yang satu hobi,
satu cita-cita, satu visi, dan yang bisa diajak membuat satu misi yang hebat.
Teman seperti ini sangat sulit didapat, karena biasanya jika masih duduk di
bangku sekolah, cita-cita itu belum terorganisir dengan baik, dan bisa saja
masih berubah dari minggu ke minggu.
Aku suka membayangkan, saat kuliah besok, aku dan teman satu fakultas akan pergi janjian di cafetaria saat jam makan siang, lalu kami akan berdiskusi tentang cita-cita kami, dan bagaimana cara meraihnya, ke mana kami besok akan melangkah, dan hal-hal lain yang biasa dibicarakan oleh sekumpulan orang dewasa yang sukses.
Tapi masa SMP ini, rupanya agak sulit. Apalagi masa SD, dan masa TK.
Teringat pembicaraan beberapa tahun silam, saat bu guru memancing kami dengan pertanyaan,
"Apa cita-citamu?"
'Cita-cita itu apasih bu gulu?'
"Cita-cita itu adalah...................(blablabla)", lalu mulai saat itu, aku bercita-cita tinggi, aku yakin tidak hanya aku, pasti semua orang yang ada di ruangan yang sama denganku saat bu guru menjelaskan juga mulai membayangkan mau jadi apa dirinya kelak saat sudah besar.
Ini dia gambaran kurang lebih cita-citaku....
TK: Dokter yang bisa mengoperasi hidung barbieku yang tidak sengaja tergunting, pembuat boneka barbie, pelindung hewan, bahagia dan mempunyai kebun yang sangat besar(di dalamnya ada istana tempat hidup barbie), menjadi ratu dan mempunyai dayang barbie yang banyak, mampu membuat barbie yang bisa bernyanyi dan akan dijual dengan harga murah, dan lain sebagainya. Ya, kurang lebih seperti itu.
Aku suka membayangkan, saat kuliah besok, aku dan teman satu fakultas akan pergi janjian di cafetaria saat jam makan siang, lalu kami akan berdiskusi tentang cita-cita kami, dan bagaimana cara meraihnya, ke mana kami besok akan melangkah, dan hal-hal lain yang biasa dibicarakan oleh sekumpulan orang dewasa yang sukses.
Tapi masa SMP ini, rupanya agak sulit. Apalagi masa SD, dan masa TK.
Teringat pembicaraan beberapa tahun silam, saat bu guru memancing kami dengan pertanyaan,
"Apa cita-citamu?"
'Cita-cita itu apasih bu gulu?'
"Cita-cita itu adalah...................(blablabla)", lalu mulai saat itu, aku bercita-cita tinggi, aku yakin tidak hanya aku, pasti semua orang yang ada di ruangan yang sama denganku saat bu guru menjelaskan juga mulai membayangkan mau jadi apa dirinya kelak saat sudah besar.
Ini dia gambaran kurang lebih cita-citaku....
TK: Dokter yang bisa mengoperasi hidung barbieku yang tidak sengaja tergunting, pembuat boneka barbie, pelindung hewan, bahagia dan mempunyai kebun yang sangat besar(di dalamnya ada istana tempat hidup barbie), menjadi ratu dan mempunyai dayang barbie yang banyak, mampu membuat barbie yang bisa bernyanyi dan akan dijual dengan harga murah, dan lain sebagainya. Ya, kurang lebih seperti itu.
Kemudian aku sadar, aku tidak bisa
mengoperasi hidung barbieku yang tergunting—aku
takut darah. Aku tidak bisa jadi pelindung hewan, karena bahkan aku yakin
setiap aku bangun tidur, aku pasti menginjak semut. Aku tidak bisa jadi
pengusaha boneka barbie yang bisa membuat produknya bernyanyi, dan
menjual produk itu dengan harga miring kecuali saat itu aku memang sedang
miring dan baik hati.
Dan sampai sekarang, aku tidak tahu
apa aku bisa menjadi pengusaha boneka barbie yang mempunyai kebun dan
dipenuhi istana barbie, lalu mempunyai dayang-dayang se-cantik boneka barbie
yang aku buat.
SD:
Bisa hidup bersama Kaito KID, bisa satu sekolah dengan beberapa artis
ternama, bisa membuat jaket yang merupakan inisial sekolah, mendirikan
universitas yang berisikan orang-orang di atas rata-rata.
Pada fase ini, cita-citaku mulai logis—kecuali
hidup bersama Kaito KID.
SMP:
menjadi designer, menyaksikan gemerlap dan sulitnya kehidupan di catwalk,
menjadi penulis novel yang berkelana, menjadi jurnalis & wartawan perang,
menjadi donatur dan relawan berbagai macam organisasi kemanusiaan, mendirikan
sekolah dan puskesmas gratis, menjadi guru di pedalaman.
That's all. Untuk jadi designer,
modal awal adalah bisa menggambar design baju—aku ingin menjadi designer
pakaian yang hebat. Dan aku sama sekali tidak bisa menggambar, aku hanya bisa
membayangkan, seperti halnya "Bagaimana kalau Kaito KID menggunakan
tuksedo ini", etc..
Dan cita-citaku yang lain.... I
have no comment about that. Aku hanya bisa berandai-andai agar itu dapat
terwujud, aku ingin sekali menjadi guru di pedalaman, tapi aku ingin hidupku
terjamah teknologi ala designer.
Semua ini jad sulit, aku takut
terlalu memikirkannya, dan nantinya tidak berhasil mencapai satupun dari itu.
Pada dasarnya, asal kalian tahu,
membahagiakan orang tua bukanlah cita-cita, itu keharusan yang memang wajib
kita lakukan. Semoga semuanya terwujud, selamat menikmati malam ini:-)
Dream,
believe, make it happen! -
Agnes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar